Sejarah Desa
DESA PACARMULYO
Desa Pacarmulyo adalah sebuah desa di Kabupaten Wonosobo Provinsi Jawa Tengah, Indonesia yang terletak di wilayah kecamatan Leksono, tepatnya berada di sebelah barat berjarak 5 kilometer dari pusat kota Wonosobo. Desa Pacarmulyo memiliki luas wilayah 2,11 km² dan terbagi menjadi 2 (dua) wilayah perdusunan yaitu : Dusun Jetis dan Dusun Gendol. Luas kedua dusun tersebut adalah 1,36 km² dan 0,75 km² dengan perbandingan jumlah penduduk Dusun Jetis 69% dan Dusun Gendol 31%.
Batas wilayah Desa Pacarmulyo adalah Desa Gondang Kecamatan Watumalang di Utara dan Desa Timbang Kecamatan Leksono di Selatan. Sebelah timur desa dibatasi oleh sungai serayu dan sebelah barat dibatasi oleh Sungai Preng. Desa-desa yang menjadi tetangga di sebelah timur Sungai Serayu antara lain: kelurahan Tawangsari, Kelurahan Mlipak dan Kelurahan Sambek Kecamatan Wonosobo. Adapun desa-desa di sebelah barat Sungai Preng adalah: Desa Durensawit dan Desa Kalimendong Kecamatan Leksono.
A. SEJARAH DESA
Konon nama Desa Pacarmulyo merupakan gabungan dari dua kata yaitu Pacar dan Mulyo yang diambil dari dua nama tokoh pendiri desa. Kedua tokoh itu bernama Nyai Pacarsari dan Kiai Rejomulyo. Keduanya dianggap sebagai tokoh penting dalam sejarah dan berdirinya Desa Pacarmulyo. Asal-usul terbentuknya Desa Pacarmulyo tidak bisa lepas dari asal-usul Dusun Gendol dan asal-usul Dusun Jetis. Kedua dusun itulah yang menjadi bagian kewilayahan dari Desa Pacarmulyo.
1. Asal-usul Dusun Gendol
Menurut cerita bahwa nama Dusun Gendol berasal dari kata “Nggandul” dalam bahasa Jawa yang berarti menggantung atau tergantung di sesuatu. Cerita tentang asal-usul nama Dusun Gendol itu dituturkan dari mulut ke mulut secara turun temurun dan dikaitkan dengan cerita tentang pendiri dusun Gendol yang bernama Nyai Pacarsari.
Diceritakan bahwa sebelum Desa Pacarmulyo punya nama, yaitu sekitar tahun 1800-an ada seorang tokoh bernama Nyai Pacarsari yang berasal dari Kerajaan Mataram Yogyakarta singgah dan menetap di wilayah sekitar mata air Kali Gendol. Ada yang mengatakan bahwa beliau menetap di tempat itu untuk bertapa. Ada juga yang menceritakan bahwa kedatangan Nyai Pacarsari adalah untuk menyebarkan ajaran agama.
Yang menarik perhatian penduduk saat itu adalah terdapat sebuah pohon beringin di dekat mata air yang mengeluarkan cairan atau lendir. Cairan lendir itu membentuk gumpalan dan nggandul di batang pohon. Ada yang menceritakan bahwa pohon yang dimaksud adalah pohon jenis semak-semak yang mengeluarkan lendir yang membentuk gumpalan. Menurut cerita bahwa karena fenomena tersebut kemudian Nyai Pacarsari memberikan sabda bahwa daerah sekitar mata air itu akan menjadi perkampungan ramai penduduk dan diberi nama Gendol.
2. Asal-usul Dusun Jetis
Menurut cerita para sesepuh desa bahwa asal usul nama Jetis berasal dari kata studenten dalam bahasa Belanda berarti santri. Nama itu diambil karena penduduk dusun Jetis sejak dulu terkenal dengan santrinya yaitu banyak anak-anak dan remaja yang nyantri atau mondok di pondok pesantren di luar daerah.
Berdasarkan catatan batu nisan dengan tulisan huruf arab yang terdapat di makam desa Pacarmulyo bahwa terdapat orang – orang yang meninggal tahun 1869 yang diyakini adalah sebagai tokoh pendiri desa diantaranya: 1. Simbah Kiai Anggapatra, 2. Simbah Kiai Nalajaya, 3. Simbah Kiai Casentana, 4. Simbah Kiai Lareng, 5. Simbah Kiai Blawong dan 6. Simbah Kiai Rejomulyo. Simbah Kiai Rejomulyo inilah yang dianggap sebagai pendiri dusun Jetis dan juga terkenal sebagai perawat mata air Kali Sumpel yang samapai saat ini mata air tersebut masih dimanfaatkan oleh masyarakat sekitarnya.
3. Berdirinya Desa Pacarmulyo
Tidak ada catatan atau dokumen resmi yang menyebutkan kapan Desa Pacarmulyo berdiri. Namun nama Desa Pacarmulyo sudah ada pada zaman sebelum Kemerdekaan Republik Indonesia. Terdapat dokumen-dokumen penduduk seperti Ijazah dan Paspor Haji pada tahun 1920-an yang menuliskan nama Desa Pacarmulyo (Patjarmoelja).
4. Pemimpin Desa
- Djaga Djadipa, adalah penguasa pertama Desa Pacarmulyo yang menjabat selama 45 tahun.
- Djaga Tjadikrama, adalah pengganti lurah Djaga Djadipa.
- Lurah So pawiro
- Djoyo Waskito, adalah carik yang menjabat p.j lurah
- Pardi Wongso Diharjo, adalah lurah Pacarmulyo yang menjadi Gelondong. Meninggal dunia pada tahun 1945.
- H. Abdul Qodir, p.j lurah yang menjabat selama 2 tahun.
- Parlan Sastro Dimedjo (H. Abu Bakar), lurah Pacarmulyo yang menjabat selama 32 tahun dan meninggal dunia pada tahun 1976.
- H. Nasruddin, adalah kadus Jetis yang menjabat p.j lurah selama 5 tahun.
- Mufid Muchdi, menjabat kepala desa Pacarmulyo selama 9 tahun yaitu tahun1981 sampai 1989.
- Suwondo, menjabat kepala desa Pacarmulyo selama 8 tahun yaitu tahun 1990 sampai 1997.
- Junedi, menjabat kepala desa Pacarmulyo selama 8 tahun yaitu tahun 1998 sampai 2006.
- Bambang Sulistyo, menjabat kepala desa Pacarmulyo selama 3 periode yaitu mulai tahun 2007 sampai sekarang.
5. Carik Desa
- Djoyo Waskito, menjabat carik pada zaman sebelum kemerdekaan Republik Indonesia
- Nirman Pringgo Soemarto, menjabat sampai tahun 1998
- Ngadimin, menjabat sampai tahun 2017
- Arfin Gallero, menjabat sampai tahun 2020
- Nasirun, menjabat mulai tahun 2021 sampai sekarang
6. Kantor Desa
Pusat pemerintahan (Kantor) Desa Pacarmulyo semula berada di Dusun Gendol, kemudian sejak tahun 1976 berpindah ke Dusun Jetis. Balai desa sekarang berlokasi di Dusun Jetis RT 002 RW 002 Desa Pacarmulyo.